menjadi dewasa
“us, depressed adults were once childern. with sparkle in their eyes and hope in their hearts. who thought the world was a great place.”
makin gede, makin nyesel kenapa dulu pernah bilang “gasabar, pengen cepet cepet dewasa”. nyatanya perjuangan untuk menjadi dewasa itu memang tidak pernah mudah. tunggu, bukankah hidup memang tidak pernah mudah?
makin gede, makin banyak tanggung jawab. makin banyak hal hal yang perlu dipikirkan matang-matang. rasanya menjadi kritis masih saja belum cukup. lalu, apakabar dengan orang-orang yang terlalu memikirkan segala hal? ya ucapkan selamat datang kepada overthinking.
makin gede, makin banyak ketakutan-ketakutan yang tidak berdasar. ketika kamu masih belum saja terpejam pada tengah malam, ah pikiran-pikiran itu datang. ketakutan dan kekhawatiran yang entah darimana datangnya tiba tiba menyergap pikiran.
· “apa aku nanti bisa sukses ya?”
· “semua ini buat apa sih? apa tujuannya?”
· “nanti aku kerja apa ya?”
· “nanti aku lulus tahun berapa ya?”
· “apa nanti aku tetap akan sendiri ya?”
· “aku ngga mau hidup sendirian”
· “gimana masadepanku nanti”
· “nanti aku bakalan mati dengan cara apa?”
· “apa orang-orang bakal inget sama aku?”
itu cuma sebagian kecil pertanyaan yang bakal timbul menjelang tengah malam.
pernah ga sih, saking udah nyerahnya sama overthinking, kamu memilih untuk nyerah. untuk mengakhiri semuanya. tapi kamu sadar, bahwa kematian dalam agamamu tidak memberikan gambaran yang indah. bagaimana? kamu terlalu lelah untuk bertahan hidup tapi kamu juga terlalu takut pada kematian karena kamu tau bahwa sejatinya kematian tidak akan pernah menyelesaikan masalah hidupmu.
lalu kamu terpaksa untuk bertahan hidup.
tanpa semangat, tanpa gairah, tanpa motivasi apapun. setiap hari terasa hambar sekali. tidak ada yang spesial.
makin gede, makin berasa kalau teman makin berkurang. satu-persatu mereka bakalan pergi. seperti lagunya exo “people come and people go” itu nyata adanya. kamu hanya bisa menjaga beberapa dari mereka yang memang sudah akrab denganmu.
makin gede, makin berasa gapunya siapa-siapa. mau curhat ke temen, takut ganggu. mau cerita ke pacar, gapunya. mau cerita ke orang tua, ga deket. yaudah deh semuanya disimpan sendiri. segala ketakutan, kebahagiaan, kesedihan dan kecemasan, semua disimpen rapet rapet. gaboleh ada yang tau.
sampai kamu ada di titik bahwa tidak ada tempat cerita yang terbaik selain kepada Tuhan. Dia ngajarin kamu untuk kuat berdiri dengan kakimu sendiri. masalah hidup datang silih berganti. kayak gaada istirahatnya. doa-doamu jadi lebih panjang, sholatmu jadi lebih lama, sujudmu jadi lebih lama bahkan kadang disertai dengan keluarnya air mata.
makin gede, makin risau tentang jodoh. bukan, bukannya aku kebelet nikah, sungguh bukan. aku hanya takut menjadi dewasa dan kesepian. gaada teman itu mengerikan buatku. kalau dulu impian puncakku adalah menjadi wanita karir dengan jabatan tinggi dan hidup mumpuni, kini aku hanya ingin menjadi wanita karir yang punya keluarga hangat. yang punya rumah luas dan pekarangan hijau. dengan rutinitas tiap pagi memasak, merawat anak dan bekerja. oh iya, jangan lupakan kucing. aku mau punya keluarga yang hangat lengkap dengan 2 ekor kucing yang lucu. apakah ini sesuatu yang berlebihan untuk diminta? kurasa tidak
ya begitulah. bertumbuh dewasa memang berat. setiap prosesnya seakan menjadi momok untuk diri sendiri. masa dimana kita mulai mengenal istilah insecure, overthinking dan anxiety. saya selalu percaya di pada salah satu ayat tuhan di al quran, bahwasanya dalam setiap kesulitan selalu ada kemudahan. gusti Allah mboten sare.
semangat ya aku, kamu, kalian, kita, semuanya. pasti bisa melalui fase ini dengan baik. bertahan serta menyusun harapan untuk hari esok. aku gabisa ngasih semangat karena aku sendiri sedang berada pada fase yang sama. tapi tetep inget satu hal bahwa kamu sudah hebat untuk sekarang, mari bertahan untuk esok hari dan selamanya, baik buruknya hidup ada di kamu.
kalo udah cape banget sama hidup, inget bro ada cicilan paylater yang harus dibayar dan rasa indomie yang begitu enak
Comments
Post a Comment